Sunday, April 27, 2014
Pada Hari Itu
tak ada yang tahu apa yang akan terjadi setelah ini, sedetik kemudian, semenit kemudian, sejam kemudian, tak ada yang tahu.
pagi itu hujan mengguyur sebagian kota medan hingga membuatku menyisingkan lengan dan juga celana panjang keperku, lalu kami melaju. Aku setia dengan dudukku, dan temanku menuntun jalan menuju tujuan pertama mengunjungi pertemuan pagi ini.
belum seperempat perjalanan, perjalananku dihentikan oleh hentakkan yang begitu cepat, setelah tikungan kedua, temanku oleng membawa arah jalan lebih kekiri di tempat yang tak seharusnya dilalui, dan kami terjatuh. Aku terhempas entah kemana dan temanku terjungkil jauh kedepan menyisakan darah yang bertumpah dari kepalanya. Aku, Aku tak tahu dimana posisiku kala itu. Ketika tersadar Aku bersandar di tembok dan dikerumuni oleh orang orang yang tidak Aku kenal, hujan masih mengguyur deras, mantel hujan yang aku gunakan sudah tanggal entah kemana, hanya jaket hitam milikku yang masih menyelimuti.
Seorang menyapaku dan mengatakan untuk segera menghubungi orang terdekatku, sambil seseorang menyerahkan air putih hangat dan Aku menenggaknya tak tersisa. Mereka mungkin merogoh tasku dan mencari telepon genggam milikku, ada dua disitu, berwarna putih, tapi yang satunya tak terbaca karena layarnya rusak, tinggal si buluk putih yang ada dan mereka menyerahkannya kepadaku. Mereka bilang, "ayo telpon keluarganya", Aku masih linglung sambil memijit mijit tombol telepon genggamku, dimana nama mereka semua?, kenapa tidak ada?, lalu aku ingat riwayat panggilan terakhirku semalam, aku pijit lalu tersambung dengan orang yang disana,
"hallo",
"kak li kami kecelakaan",
"dimana?",
"gak tahu dila ini dimana kak, lalu aku menyerahkan telepon genggamku ke orang disebelahku, ini dimana bang?, lalu mereka bercakap entah apa, setelah itu dia menyerahkan telepon genggam kembali kepadaku,
"nanti kak bidah yang kesana yah dila, sabar yah", dan sambungan terputus.
Aku tanya mereka, temanku mana?, mereka jawab, dibawa ke klinik untuk diperiksa karena dia mengeluarkan darah, kamu gak papa kan?, Aku hanya mengatakan kepalaku berdenyut dan lenganku sakit. Seorang bapak mengatakan "kamu jatuh ke kiri makanya lengan kirimu sakit". Tidak berapa lama setelah itu seorang datang mengendarai motor dan membawaku ke klinik tempat temanku dirawat.
Aku dipapah ke atas motor dan dibawa menuju ke klinik tersebut, disana temanku sedang dirawat oleh mereka, Aku duduk di sofa panjang dan merebahkan kepalaku ke sandaran sambil memegang pundak kiriku sambil nangis segugukan, perawatnya bilang apanya yang sakit?, namun Aku hanya tersedu-sedu.
"nama kamu siapa?, tanyanya."
"Dila", jawabku.
"sudah sarapan tadi?", nanti disuntik yah klo gak nanti malam kamu demam, sambil menyerahkan air putih dia memberiku obat, dan membasuh pipiku yang lebam dengan alkohol, Aku meringis.
"suntik apa bu?", tanyaku masih tersedu
"antibiotik, biar kamu gak demam nanti malam, karena lengan kirimu sepertinya terkilir, panggil tukang kusuk nanti yah."
Aku hanya mengangguk, karena melihat kondisiku yang seperti itu ibu itu menyuruhku untuk rebahan didalam, lalu Aku dipapah masuk ke dalam rumahnya. Telepon genggamku berbunyi, dari temanku yang akan menyusul kami, lalu Aku menyerahkannya kepada sang punya rumah, Aku tahu ini dimana, memori memori itu mencelat kesana kemari, dejavu itu muncul lagi, tapi Aku sulit menjelaskannya.
Sambil Aku merebahkan tubuh, pikiranku meloncat dan meletup letup entah kemana, aku merasakan dejavu, dejavu entah dari mana aku tahu, tapi sepertinya Aku pernah mengalami ini sebelumnya dan tahu. Aku meringis kesakitan, pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya, pikiranku meloncat kesana kemari, perih menusuk hidung hingga pangkal hati, dan semua bayang banyak berterbangan dikepalaku.
Telepon masuk lagi, dan tak lama setelah itu temanku datang, Aku dengar mereka bilang,"kami anggota keluarganya bu", Indah datang menghampiriku, seraya bertanya, "kak Cilla, gak papa?", sambil mengesampingkan tutup mataku dengan jilbab untuk menghela cahaya lampu yang ku kenakan agar bisa melihat wajahku seluruhnya, Aku meringis karena dia menyentuh pipiku yang lebam.
Seorang bapak mengatakan, semua baik baik saja, tas, sepeda motor, dan barang-barang yang kami bawa sudah diamankan oleh mereka, kak Bidah mengucapkan terimakasih dan menyelesaikan perkara ini itu dengan perawat dan orang orang disitu, lalu minta tolong dipanggilkan becak agar bisa membawa kami pulang.
Di perjalanan pulang Aku masih memeluk lenganku yang sakit, tak terperhatikanku keadaan setelah itu karena dejavu itu masih mencumbuku. Dua hari disitu tak terkabarkan dengan orang terdekat kondisiku yang sebenarnya, dan selama masa itu aku masih merasakan dejavu, Aku membencinya, perih dan menusuk.
Masih sempat lagi aku habiskan akhir mingguku dengan mereka, tapi tetap saja rasanya masih sedikit sama, terimakasih telah menghiburku.
Lalu hari sabtu lalu aku dihantarkan oleh temanku, dan Ummi ku pasrah memperhatikan kondisiku, dan setelah Aku makan siang dan melahap obat lalu Aku dibawa untuk periksa lenganku yang sakit ini.
Segala kejadian itu semoga tak akan pernah terulang kembali, dan pernah terasakan lagi, biarkan semua rasa pergi, masih ada jalan dan tujuan yang harus tercapai dengan kondisi apapun itu. Semoga semuanya menjadi lebih baik selepas itu.
pagi itu hujan mengguyur sebagian kota medan hingga membuatku menyisingkan lengan dan juga celana panjang keperku, lalu kami melaju. Aku setia dengan dudukku, dan temanku menuntun jalan menuju tujuan pertama mengunjungi pertemuan pagi ini.
belum seperempat perjalanan, perjalananku dihentikan oleh hentakkan yang begitu cepat, setelah tikungan kedua, temanku oleng membawa arah jalan lebih kekiri di tempat yang tak seharusnya dilalui, dan kami terjatuh. Aku terhempas entah kemana dan temanku terjungkil jauh kedepan menyisakan darah yang bertumpah dari kepalanya. Aku, Aku tak tahu dimana posisiku kala itu. Ketika tersadar Aku bersandar di tembok dan dikerumuni oleh orang orang yang tidak Aku kenal, hujan masih mengguyur deras, mantel hujan yang aku gunakan sudah tanggal entah kemana, hanya jaket hitam milikku yang masih menyelimuti.
Seorang menyapaku dan mengatakan untuk segera menghubungi orang terdekatku, sambil seseorang menyerahkan air putih hangat dan Aku menenggaknya tak tersisa. Mereka mungkin merogoh tasku dan mencari telepon genggam milikku, ada dua disitu, berwarna putih, tapi yang satunya tak terbaca karena layarnya rusak, tinggal si buluk putih yang ada dan mereka menyerahkannya kepadaku. Mereka bilang, "ayo telpon keluarganya", Aku masih linglung sambil memijit mijit tombol telepon genggamku, dimana nama mereka semua?, kenapa tidak ada?, lalu aku ingat riwayat panggilan terakhirku semalam, aku pijit lalu tersambung dengan orang yang disana,
"hallo",
"kak li kami kecelakaan",
"dimana?",
"gak tahu dila ini dimana kak, lalu aku menyerahkan telepon genggamku ke orang disebelahku, ini dimana bang?, lalu mereka bercakap entah apa, setelah itu dia menyerahkan telepon genggam kembali kepadaku,
"nanti kak bidah yang kesana yah dila, sabar yah", dan sambungan terputus.
Aku tanya mereka, temanku mana?, mereka jawab, dibawa ke klinik untuk diperiksa karena dia mengeluarkan darah, kamu gak papa kan?, Aku hanya mengatakan kepalaku berdenyut dan lenganku sakit. Seorang bapak mengatakan "kamu jatuh ke kiri makanya lengan kirimu sakit". Tidak berapa lama setelah itu seorang datang mengendarai motor dan membawaku ke klinik tempat temanku dirawat.
Aku dipapah ke atas motor dan dibawa menuju ke klinik tersebut, disana temanku sedang dirawat oleh mereka, Aku duduk di sofa panjang dan merebahkan kepalaku ke sandaran sambil memegang pundak kiriku sambil nangis segugukan, perawatnya bilang apanya yang sakit?, namun Aku hanya tersedu-sedu.
"nama kamu siapa?, tanyanya."
"Dila", jawabku.
"sudah sarapan tadi?", nanti disuntik yah klo gak nanti malam kamu demam, sambil menyerahkan air putih dia memberiku obat, dan membasuh pipiku yang lebam dengan alkohol, Aku meringis.
"suntik apa bu?", tanyaku masih tersedu
"antibiotik, biar kamu gak demam nanti malam, karena lengan kirimu sepertinya terkilir, panggil tukang kusuk nanti yah."
Aku hanya mengangguk, karena melihat kondisiku yang seperti itu ibu itu menyuruhku untuk rebahan didalam, lalu Aku dipapah masuk ke dalam rumahnya. Telepon genggamku berbunyi, dari temanku yang akan menyusul kami, lalu Aku menyerahkannya kepada sang punya rumah, Aku tahu ini dimana, memori memori itu mencelat kesana kemari, dejavu itu muncul lagi, tapi Aku sulit menjelaskannya.
Sambil Aku merebahkan tubuh, pikiranku meloncat dan meletup letup entah kemana, aku merasakan dejavu, dejavu entah dari mana aku tahu, tapi sepertinya Aku pernah mengalami ini sebelumnya dan tahu. Aku meringis kesakitan, pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya, pikiranku meloncat kesana kemari, perih menusuk hidung hingga pangkal hati, dan semua bayang banyak berterbangan dikepalaku.
Telepon masuk lagi, dan tak lama setelah itu temanku datang, Aku dengar mereka bilang,"kami anggota keluarganya bu", Indah datang menghampiriku, seraya bertanya, "kak Cilla, gak papa?", sambil mengesampingkan tutup mataku dengan jilbab untuk menghela cahaya lampu yang ku kenakan agar bisa melihat wajahku seluruhnya, Aku meringis karena dia menyentuh pipiku yang lebam.
Seorang bapak mengatakan, semua baik baik saja, tas, sepeda motor, dan barang-barang yang kami bawa sudah diamankan oleh mereka, kak Bidah mengucapkan terimakasih dan menyelesaikan perkara ini itu dengan perawat dan orang orang disitu, lalu minta tolong dipanggilkan becak agar bisa membawa kami pulang.
Di perjalanan pulang Aku masih memeluk lenganku yang sakit, tak terperhatikanku keadaan setelah itu karena dejavu itu masih mencumbuku. Dua hari disitu tak terkabarkan dengan orang terdekat kondisiku yang sebenarnya, dan selama masa itu aku masih merasakan dejavu, Aku membencinya, perih dan menusuk.
Masih sempat lagi aku habiskan akhir mingguku dengan mereka, tapi tetap saja rasanya masih sedikit sama, terimakasih telah menghiburku.
Lalu hari sabtu lalu aku dihantarkan oleh temanku, dan Ummi ku pasrah memperhatikan kondisiku, dan setelah Aku makan siang dan melahap obat lalu Aku dibawa untuk periksa lenganku yang sakit ini.
Segala kejadian itu semoga tak akan pernah terulang kembali, dan pernah terasakan lagi, biarkan semua rasa pergi, masih ada jalan dan tujuan yang harus tercapai dengan kondisi apapun itu. Semoga semuanya menjadi lebih baik selepas itu.
Saturday, April 19, 2014
April
heaiya.. baru aja ngutak ngatik sebuah web yang menggambarkan kepribadian, let's check my personality :D
Tipe Idealis Penyelaras dikenali dari kepribadiannya yang kompleks dan memiliki begitu banyak pemikiran dan perasaan. Mereka orang-orang yang pada dasarnya bersifat hangat dan penuh pengertian. Tipe Idealis Penyelaras berharap banyak pada diri mereka sendiri dan orang lain. Mereka memiliki pemahaman yang kuat tentang sifat-sifat manusia dan seringnya menilai karakter dengan sangat baik. Namun mereka lebih sering menyimpan perasaan dan hanya mencurahkan pemikiran serta perasaan mereka kepada sedikit orang yang mereka percaya. Mereka sangat terluka jika ditolak atau dikritik. Tipe Idealis Penyelaras menganggap konflik sebagai situasi yang tidak menyenangkan dan lebih menyukai hubungan harmonis. Namun demikian, jika pencapaian sebuah target tertentu sangat penting bagi mereka, mereka dapat dengan berani mengerahkan seluruh tekad mereka hingga cenderung keras kepala.
Tipe Idealis Penyelaras memiliki fantasi yang hidup, intuisi yang nyaris seperti mampu membaca masa depan, dan seringkali sangat kreatif. Begitu berkutat dengan sebuah proyek, mereka melakukan segala daya upaya untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka sering membuktikan diri sebagai pemecah masalah ulung. Mereka suka mendalami hingga ke akar permasalahan dan memiliki sifat ingin tahu alamiah serta haus akan pengetahuan. Pada saat bersamaan, mereka berorientasi praktis, terorganisir dengan baik, dan siap menangani situasi-situasi rumit dengan cara terstruktur dan pertimbangan matang. Ketika mereka berkonsentrasi pada sesuatu, mereka melakukannya dengan seratus persen – mereka sering begitu terbenam dalam sebuah pekerjaan sehingga melupakan hal lain di sekitar mereka. Itulah rahasia kesuksesan profesional mereka yang seringkali gilang gemilang.
Sebagai pasangan, tipe Idealis Penyelaras setia dan dapat diandalkan; hubungan permanen sangat penting bagi mereka. Mereka jarang jatuh cinta hingga mabuk kepayang dan juga tidak menyukai hubungan-hubungan asmara singkat. Kadang-kadang mereka sulit menunjukkan rasa sayang mereka dengan jelas sekalipun perasaan mereka dalam dan tulus. Dalam hal lingkaran pertemanan, semboyan mereka adalah: sedikit berarti lebih banyak! Sejauh menyangkut kenalan baru, mereka hanya dapat didekati hingga jarak tertentu; mereka lebih suka mencurahkan tenaga ke dalam pertemanan akrab yang jumlahnya sedikit. Tuntutan mereka kepada teman dan pasangan mereka sangat tinggi. Karena mereka tidak menyukai konflik, mereka akan diam sejenak sebelum menyuarakan masalah-masalah yang tidak memuaskan dan, ketika melakukannya, mereka berusaha sangat keras untuk tidak menyakiti siapa pun karenanya.
Adjectives that describe your type
introverted, theoretical, emotional, planning, idealistic, harmony-seeking, understanding, peace-loving, sensitive, quiet, sympathetic, conscientious, dogged, complicated, inconspicuous, warm-hearted, complex, imaginative, inspiring, helpful, demanding, communicative, reserved, vulnerable
Tipe Idealis Penyelaras dikenali dari kepribadiannya yang kompleks dan memiliki begitu banyak pemikiran dan perasaan. Mereka orang-orang yang pada dasarnya bersifat hangat dan penuh pengertian. Tipe Idealis Penyelaras berharap banyak pada diri mereka sendiri dan orang lain. Mereka memiliki pemahaman yang kuat tentang sifat-sifat manusia dan seringnya menilai karakter dengan sangat baik. Namun mereka lebih sering menyimpan perasaan dan hanya mencurahkan pemikiran serta perasaan mereka kepada sedikit orang yang mereka percaya. Mereka sangat terluka jika ditolak atau dikritik. Tipe Idealis Penyelaras menganggap konflik sebagai situasi yang tidak menyenangkan dan lebih menyukai hubungan harmonis. Namun demikian, jika pencapaian sebuah target tertentu sangat penting bagi mereka, mereka dapat dengan berani mengerahkan seluruh tekad mereka hingga cenderung keras kepala.
Tipe Idealis Penyelaras memiliki fantasi yang hidup, intuisi yang nyaris seperti mampu membaca masa depan, dan seringkali sangat kreatif. Begitu berkutat dengan sebuah proyek, mereka melakukan segala daya upaya untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka sering membuktikan diri sebagai pemecah masalah ulung. Mereka suka mendalami hingga ke akar permasalahan dan memiliki sifat ingin tahu alamiah serta haus akan pengetahuan. Pada saat bersamaan, mereka berorientasi praktis, terorganisir dengan baik, dan siap menangani situasi-situasi rumit dengan cara terstruktur dan pertimbangan matang. Ketika mereka berkonsentrasi pada sesuatu, mereka melakukannya dengan seratus persen – mereka sering begitu terbenam dalam sebuah pekerjaan sehingga melupakan hal lain di sekitar mereka. Itulah rahasia kesuksesan profesional mereka yang seringkali gilang gemilang.
Sebagai pasangan, tipe Idealis Penyelaras setia dan dapat diandalkan; hubungan permanen sangat penting bagi mereka. Mereka jarang jatuh cinta hingga mabuk kepayang dan juga tidak menyukai hubungan-hubungan asmara singkat. Kadang-kadang mereka sulit menunjukkan rasa sayang mereka dengan jelas sekalipun perasaan mereka dalam dan tulus. Dalam hal lingkaran pertemanan, semboyan mereka adalah: sedikit berarti lebih banyak! Sejauh menyangkut kenalan baru, mereka hanya dapat didekati hingga jarak tertentu; mereka lebih suka mencurahkan tenaga ke dalam pertemanan akrab yang jumlahnya sedikit. Tuntutan mereka kepada teman dan pasangan mereka sangat tinggi. Karena mereka tidak menyukai konflik, mereka akan diam sejenak sebelum menyuarakan masalah-masalah yang tidak memuaskan dan, ketika melakukannya, mereka berusaha sangat keras untuk tidak menyakiti siapa pun karenanya.
Adjectives that describe your type
introverted, theoretical, emotional, planning, idealistic, harmony-seeking, understanding, peace-loving, sensitive, quiet, sympathetic, conscientious, dogged, complicated, inconspicuous, warm-hearted, complex, imaginative, inspiring, helpful, demanding, communicative, reserved, vulnerable
Sunday, March 23, 2014
March
tidak ada banyak cerita yang mesti diceritakan, karena tidak semua harus diketahui
Adalah bulan terjenuh yang pernah ada, bercengkrama dengan mereka, melakukan rutinitas ini itu.. Semuanya
Adalah bulan terjenuh yang pernah ada, bercengkrama dengan mereka, melakukan rutinitas ini itu.. Semuanya
Sunday, February 16, 2014
Saturday, February 1, 2014
January
01/02/14
DRAFT ini sudah ada sejak tanggal itu, tapi sampai sekarang masih kosong
adalah hari ini 01/02/19 aku menulis disini
yah benar, ada banyak sekali rencana yang tak terlaksana untuk menulis dari tahun ke tahun
lalu
apa yang mendorong untuk menulis lagi
untuk resolusi tahun baru masehi?
tidak juga
hanya ingin berubah dan memiliki kebiasaan yang berbeda saja
ada sebuah intagram yang mengajak untuk 30 hari bercerita
lalu aku berpikir kenapa tidak dimulai rutin kan saja menulis ini
hmmmm
2018
adalah tahun penuh kejutan untukku
mereka orang orang yang ku kenal kini ternyata Allah menyatukannya kembali kepada. Alhamdulillah
keputusanku setelah hampir 6 tahun sebagai Bankir (Syariah) akhirnya berakhir dan aku kembali ke kodrat awal yaitu sebagai pendidik
dan yang menakjubkkannya lagi, sekarang aku ada di Yogyakarta untuk melanjutkan studi ku. ya Allah engkau sungguh perencana luar biasa untuk hambamu
di tahun 2018 dimana perjalanan baru dimulai kembali, sering sekali aku bercerita tentang bepergian dan mengajak orang lain untuk melakukan hal sama. hei berjalan, bertualang itu baik dan sangat menyenangkan.
DRAFT ini sudah ada sejak tanggal itu, tapi sampai sekarang masih kosong
adalah hari ini 01/02/19 aku menulis disini
yah benar, ada banyak sekali rencana yang tak terlaksana untuk menulis dari tahun ke tahun
lalu
apa yang mendorong untuk menulis lagi
untuk resolusi tahun baru masehi?
tidak juga
hanya ingin berubah dan memiliki kebiasaan yang berbeda saja
ada sebuah intagram yang mengajak untuk 30 hari bercerita
lalu aku berpikir kenapa tidak dimulai rutin kan saja menulis ini
hmmmm
2018
adalah tahun penuh kejutan untukku
mereka orang orang yang ku kenal kini ternyata Allah menyatukannya kembali kepada. Alhamdulillah
keputusanku setelah hampir 6 tahun sebagai Bankir (Syariah) akhirnya berakhir dan aku kembali ke kodrat awal yaitu sebagai pendidik
dan yang menakjubkkannya lagi, sekarang aku ada di Yogyakarta untuk melanjutkan studi ku. ya Allah engkau sungguh perencana luar biasa untuk hambamu
di tahun 2018 dimana perjalanan baru dimulai kembali, sering sekali aku bercerita tentang bepergian dan mengajak orang lain untuk melakukan hal sama. hei berjalan, bertualang itu baik dan sangat menyenangkan.
Saturday, January 11, 2014
My Desember
sebenarnya ada banyak yang ingin aku tulis tapi aku tak tahu apa yang ingin aku tulis, jadi aku cuma ngikutin apa kata orang yang bilang kalau mau nulis yah nulis aja.
Sunday, December 1, 2013
November
holla . . earnest, creative, sensible, reserved, patient, responsible
Mereka bilang dia itu sungguh-sungguh.., kreatif, bijaksana, pendiam, sabar, dan bertanggung jawab. Mungkin itu salah satu sifat yang memang ada sejak dia dilahirkan ke dunia, mungkin. Tak terlalu tinggi tapi tak terlalu pendek juga, tak terlalu hitam tapi tak juga dikatakan putih pula, tak baik tapi tak patut pula dikatakan jahat, tak cantik tapi tak pula disautkan jelek, tak sempurna apalagi luar biasa, tak terlalu suka dipuji tapi senang mendengar pujian, tak suka meniru tapi senang meniru (modification). Dia hanya manusia ciptaan Tuhan yang tidak biasa-biasa saja tapi ekstra ordinary people.
Bagi mereka yang baru mengenalnya tak ada yang menarik darinya kecuali gerak-geriknya yang memang sedikit berbeda dengan orang lain, dia itu unik. Dia punya sifat yang tak semua orang punya, sifatnya yang sedikit tertutup dan pendiam membuat perawakannya seperti orang sombong yang tak butuh orang lain, tapi ketika kau tahu sedikit saja tahu tentangnya, maka tak hela kau akan merasa dia teman yang benar-benar pantas untuk dikawani.
Ketika bekerja tak perlu kau ragukan dia, hanya jaga saja moodnya agar tak pernah ia menunda-nunda, sedikit saja terpancing dia bisa saja marah dan berubah jadi monster yang tak pernah kau duga sebelumnya. Dia memang sungguh berbeda, dia lebih suka hal berbeda dan tak suka melakukan hal yang sama dilakukan oleh orang-orang disekitarnya, dia bisa saja melompat atau jalan zig-zag biar berbeda dengan orang disekitar. Bukan untuk memancing perhatian, dia hanya tak suka dikatakan sama dengan yang lainnya. Justru dia tak suka menjadi pusat perhatian, lihat saja dimana dia duduk dan tempat favoritnya (kau pasti tahu kalau kau teman dekatnya).
Sedang dalam keadaan kalut atau dalam posisi yang sulit, perhatikanlah. Dia hanya akan diam dan merenung sendirian, tidak akan banyak cerita darinya, kebanyakan orang bila melihatnya dalam suatu masalah, mungkin berkata kalau dialah dalang dari semuanya, bukan. Kau salah menilai. Dia memang begitu, diam baginya lebih baik dari pada berkata tapi memperkeruh semuannya, dia tak suka huru-hara. Dan lihatlah keputusan akhir yang ia dapatkan, yah..dia manusia bijaksana yang entah dari mana tak pernah terlihat diluarnya.
Jangan pernah ragu tentang dirinya, walau pada dasarnya dia adalah manusia peragu yang pernah ada, paradoks?..bukan, dirinya adalah campuran dua darah berbeda yang membuatnya menjadi begitu, karakternya yang kuat membuatnya benar benar menjadi manusia yang unik. Jadi, jangan ragukan ia, tanggung jawabnya tidak akan pernah mendapat nilai merah, buktikan saja kalau tidak percaya.
karena sebenarnya kau tahu kalau cerita ini adalah bagian darinya yang mengatakan AKU.
Mereka bilang dia itu sungguh-sungguh.., kreatif, bijaksana, pendiam, sabar, dan bertanggung jawab. Mungkin itu salah satu sifat yang memang ada sejak dia dilahirkan ke dunia, mungkin. Tak terlalu tinggi tapi tak terlalu pendek juga, tak terlalu hitam tapi tak juga dikatakan putih pula, tak baik tapi tak patut pula dikatakan jahat, tak cantik tapi tak pula disautkan jelek, tak sempurna apalagi luar biasa, tak terlalu suka dipuji tapi senang mendengar pujian, tak suka meniru tapi senang meniru (modification). Dia hanya manusia ciptaan Tuhan yang tidak biasa-biasa saja tapi ekstra ordinary people.
Bagi mereka yang baru mengenalnya tak ada yang menarik darinya kecuali gerak-geriknya yang memang sedikit berbeda dengan orang lain, dia itu unik. Dia punya sifat yang tak semua orang punya, sifatnya yang sedikit tertutup dan pendiam membuat perawakannya seperti orang sombong yang tak butuh orang lain, tapi ketika kau tahu sedikit saja tahu tentangnya, maka tak hela kau akan merasa dia teman yang benar-benar pantas untuk dikawani.
Ketika bekerja tak perlu kau ragukan dia, hanya jaga saja moodnya agar tak pernah ia menunda-nunda, sedikit saja terpancing dia bisa saja marah dan berubah jadi monster yang tak pernah kau duga sebelumnya. Dia memang sungguh berbeda, dia lebih suka hal berbeda dan tak suka melakukan hal yang sama dilakukan oleh orang-orang disekitarnya, dia bisa saja melompat atau jalan zig-zag biar berbeda dengan orang disekitar. Bukan untuk memancing perhatian, dia hanya tak suka dikatakan sama dengan yang lainnya. Justru dia tak suka menjadi pusat perhatian, lihat saja dimana dia duduk dan tempat favoritnya (kau pasti tahu kalau kau teman dekatnya).
Sedang dalam keadaan kalut atau dalam posisi yang sulit, perhatikanlah. Dia hanya akan diam dan merenung sendirian, tidak akan banyak cerita darinya, kebanyakan orang bila melihatnya dalam suatu masalah, mungkin berkata kalau dialah dalang dari semuanya, bukan. Kau salah menilai. Dia memang begitu, diam baginya lebih baik dari pada berkata tapi memperkeruh semuannya, dia tak suka huru-hara. Dan lihatlah keputusan akhir yang ia dapatkan, yah..dia manusia bijaksana yang entah dari mana tak pernah terlihat diluarnya.
Jangan pernah ragu tentang dirinya, walau pada dasarnya dia adalah manusia peragu yang pernah ada, paradoks?..bukan, dirinya adalah campuran dua darah berbeda yang membuatnya menjadi begitu, karakternya yang kuat membuatnya benar benar menjadi manusia yang unik. Jadi, jangan ragukan ia, tanggung jawabnya tidak akan pernah mendapat nilai merah, buktikan saja kalau tidak percaya.
karena sebenarnya kau tahu kalau cerita ini adalah bagian darinya yang mengatakan AKU.
Monday, November 25, 2013
October
ehm..hai, lama tak bersua. yah beberapa bulan belakang ini hari hariku memang sedikit agak kacau. banyak melakukan suatu hal yang tidak produktif sama sekali. Lain sisi lagi kali ini aku melakoni yang kebanyakan aku tak suka, bukan tidak mengikuti kata pepatah untuk mencintai setiap perkerjaan yang dilakukan, masalahnya hati memang tak bisa dibohongin, dan aku terlalu sulit untuk memilih.
Entah kenapa sekarang aku lebih sering bermimpi. Aku terlampau sering berpikir belakang ini. Kejadian sebulan lalu buat Aku bangkit dari masa tidurku, tapi kebangkitan itu tak seperti perencanaan sempurna, jadinya aku terpincang.
Dan sering disuatu waktu aku ingin mengulang segala kejadian dan kenangan itu. Apakah menunggu sesuatu? ehm..sepertinya tidak selalu begitu. Aku hanya sering menunda-nunda pekerjaanku belakangan ini.
De creme de la crop
Di bumi ini, banyak sekali hal yang tak mungkin kita pikirkan dan terjadi didepan mata kita, mungkin saja kau tak pernah berharap akan mengalami hal itu, dan ternyata itu terjadi. Dan nyatanya aku mengalami hal itu.
Di tengah bulan. Dengan tak terduga-duga sebuah telepon membuat aku bergegas, lembar baru dalam hidupku tahun ini akan segera dimulai, barisan baru untuk perjuangan akan segera meluncur. Aku dengan sendirinya akan berusaha memberikan yang terbaik untuk orang-orang disekitarku (kok kayak kampanye caleg yah --_-- ).
October adalah sebuah bulan sempurna untuk memulai kembali mimpi
harapku adalah semua yang akan aku lalui nanti menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk Aku dan orang-orang disekitarku.
Entah kenapa sekarang aku lebih sering bermimpi. Aku terlampau sering berpikir belakang ini. Kejadian sebulan lalu buat Aku bangkit dari masa tidurku, tapi kebangkitan itu tak seperti perencanaan sempurna, jadinya aku terpincang.
Dan sering disuatu waktu aku ingin mengulang segala kejadian dan kenangan itu. Apakah menunggu sesuatu? ehm..sepertinya tidak selalu begitu. Aku hanya sering menunda-nunda pekerjaanku belakangan ini.
De creme de la crop
Di bumi ini, banyak sekali hal yang tak mungkin kita pikirkan dan terjadi didepan mata kita, mungkin saja kau tak pernah berharap akan mengalami hal itu, dan ternyata itu terjadi. Dan nyatanya aku mengalami hal itu.
Di tengah bulan. Dengan tak terduga-duga sebuah telepon membuat aku bergegas, lembar baru dalam hidupku tahun ini akan segera dimulai, barisan baru untuk perjuangan akan segera meluncur. Aku dengan sendirinya akan berusaha memberikan yang terbaik untuk orang-orang disekitarku (kok kayak kampanye caleg yah --_-- ).
October adalah sebuah bulan sempurna untuk memulai kembali mimpi
harapku adalah semua yang akan aku lalui nanti menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk Aku dan orang-orang disekitarku.
Sunday, October 13, 2013
Catatan Perjalanan
Buat petualang seperti Agustinus Wibowo, perjalanan bukan soal pergi ke tempat-tempat paling asing di bumi.
“Kunci sebuah perjalanan adalah refleksi,” kata Agustinus, di sela-sela sesi berbagi dengan komunitas National Geographic pada hari Sabtu, 14 Mei lalu.
Agustinus, yang muncul dengan pakaian tradisional Afghanistan shalwar
qamiz berwarna putih, dengan lancar membagi cerita seputar
perjalanannya di Afghanistan, Tajikistan, Kazakhstan, Kirgizstan,
Turkmenistan dan Uzbekistan. Sebagian besar ceritanya memang sudah
dimuat di buku-bukunya, “Selimut Debu” dan “Garis Batas”, tapi lebih
istimewa memang ketika mendengar langsung pengalaman tukang jalan yang
satu ini. Ada beberapa hal tentang proses pembuatan buku yang tidak
termuat di mana pun. Misalnya, cerita bahwa buku pertamanya, “Selimut
Debu” diselesaikan tanpa sempat bertemu dengan editornya, Hetih Rusli.
Buku keduanya, “Garis Batas” dibuat dalam waktu dua tahun dan melalui
empat kali penulisan ulang. Naskah pertama “Garis Batas” panjangnya
mencapai 600 halaman. Menurut Hetih, jumlah tersebut terlalu panjang dan
perlu peringkasan supaya pembeli mau membaca. Mau tidak mau, beberapa
detail terpaksa dibuang untuk menjaga fokus buku.
Agustinus juga dengan rendah hati berbagi tips mengenai caranya menulis sepanjang perjalanan. Menurut pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur, 29 tahun lalu ini, sebuah catatan perjalanan haruslah sesuatu yang personal dan jujur.
“Buku saya adalah kumpulan potret dan pengalaman supaya pembaca mendapat the bigger picture dari tempat yang saya kunjungi,” ujar Agustinus. Fotografer ini menolak membawa laptop saat dalam perjalanan, tapi ia selalu berbekal kamera, kamera video, perekam suara dan buku harian ke mana pun ia pergi.
“Setiap hari saya menulis, bisa sampai lima dan enam halaman,” katanya. “Kadang, seharian saya sibuk motret dan tidak menulis, jadi tergantung kondisi juga.”
Kamera dan perekam suara adalah senjata Agustinus untuk memecah kebekuan dengan orang yang baru dia kenal. Biasanya, dia memotret orang lokal atau merekam suara mereka untuk diperlihatkan kembali, dan umumnya semua senang difoto atau direkam suaranya. Agustinus, yang lancar berbagai bahasa yang berlaku di Asia Tengah, mulai dari Pashto, Farsi hingga Urdu, mengatakan bahwa orang-orang di Afghanistan, misalnya, kebanyakan tulus dan tanpa kepura-puraan.
Sebuah catatan perjalanan yang baik menurut Agustinus adalah tulisan yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca. Agar bisa mencapai hasil seperti ini, seorang pejalan harus bisa belajar menertawakan kesedihannya. Agustinus mengambil contoh ketika ia mengalami kesialan di perjalanan, seperti kamera hilang atau ditipu orang. Ia menceritakan bagaimana ia terus memacu dirinya untuk terus berjalan walaupun hampir patah semangat.
“Travel writing tidak boleh egosentris, ini semua bukan tentang si penulis, walaupun karakter penulis harus ada di dalamnya,” kata Agustinus.
Proses menulis adalah cermin dari proses perjalanan itu sendiri. Ketika di Afghanistan, Agustinus yang menganut agama Buddha sempat mengalami kejadian tidak enak, dimana alat makan yang dia pakai sebelumnya harus dibuang oleh penduduk setempat karena ia seorang bukan beragama Islam.
“Saya luruhkan ego saya dan mencoba berpikir dengan cara pandang mereka,” kata Agustinus.
Sebuah perspektif pejalan akan terbentuk ketika terjadi komunikasi dengan orang yang berbeda. Dengan cara inilah, Agustinus berusaha menceritakan Afghanistan di buku pertamanya, “Selimut Debu”.
“Saya menceritakan Afghanistan melalui pandangan berbeda dari berbagai orang, bukan lewat kuesioner atau semacamnya,” katanya. “Dari sini, saya harap pembaca bisa menggambarkan Afghan yang lain dari yang mereka lihat di televisi.”
Ketika menulis “Garis Batas”, Agustinus merasa perlu memberi sebuah benang merah dari sejumlah catatan perjalanannya. Melalui refleksi pulalah, ia memberi judul “Garis Batas”.
“Saya melihat bagaimana negara-negara ini hanyalah bidak dalam percaturan politik negara tetangga,” kata Agustinus. Sebagai negara eks Uni Soviet, identitas mereka tercabut ketika pemerintahan komunis berkuasa. Sekarang, ketika mereka merdeka, bangsa-bangsa ini merasa bingung dengan identitas aslinya yang sudah sekian lama terambil. Mereka dengan bangga menyebut dirinya orang Muslim, meski tidak tahu apa kalimat syahadat, bacaan shalat dan puasa Ramadan. Yang penting adalah identitas.
“Saya melihat bagaimana garis batas menentukan nasib hidup seseorang,” kata Agustinus. “Di Afghanistan, banyak uang tapi tidak ada fasilitas apa-apa, di Tajikistan, semuanya teratur tapi nyaris 95% penduduknya menganggur.”
Agustinus melihat sendiri bagaimana sebuah komunitas suku terpecah karena adanya garis batas seusai runtuhnya negara Uni Soviet. Sebuah keluarga bisa mengucap bahasa yang berbeda, mata uang berbeda dan bahkan pahlawan yang beda. Ia juga mengkritisi bagaimana garis batas menciptakan kebanggaan semu bagi orang-orang yang terkotak-kotakkan di dalamnya, terkungkung dalam sebuah konsep bernama negara.
“Saya melihat bahwa tidak semua negara memimpikan kemerdekaan dan demokrasi,” katanya.
Buku-buku Agustinus ditulis dalam bentuk narasi. Selama penulisan dan pengeditan buku berlangsung, selama itulah riset untuk verifikasi data dilakukan. Bagaimanapun, perjalanan yang dilakukan Agustinus adalah sebuah napak tilas sejarah yang berlangsung sejak dulu kala, mulai dari masa peperangan Gengis Khan hingga terbentuknya pemerintahan Taliban, yang merupakan hasil rekayasa pemerintahan Pakistan dan Amerika Serikat.
Seusai penulisan buku keduanya, “Garis Batas”, Agustinus merasa ia mencapai titik ia menganggap dirinya sebagai penduduk dunia. Tak lagi penting agama yang ia anut dan status kependudukannya, selain untuk masalah formalitas belaka.
“Sekarang, buat saya rumah bukan lagi sebuah konsep geografis,” katanya. “Bukan juga kampung halaman, tapi tempat orang akan menyambut saya.”
Karena itu, Agustinus merasa dirinya kaya karena punya berbagai tempat yang bisa dipanggil rumah di mana-mana.
Kebetulan editor Agustinus, Hetih, duduk di sebelah saya sepanjang
diskusi sesi pertama, sebelum akhirnya naik panggung untuk ikut berbagi
cerita. Menurut Hetih, sudah ada rencana untuk menerbitkan buku-buku
Agustinus ke dalam bahasa asing, tapi ia harus bersaing dengan
penulis-penulis dari luar negeri pula. Untuk itu, Agustinus berencana
kembali ke Indonesia pada akhir tahun untuk menghadiri Ubud
Writer Festival 2011.
Satu lagi hal penting dalam menulis catatan perjalanan adalah lamanya tinggal di suatu tempat.
“Kita harus menghindari kesan pertama,” katanya. “Sebuah perjalanan tidak boleh singkat, karena kita harus bisa mengangkat selubung impresi tersebut.”
Mendengar perkataan Agustinus tersebut, saya berkesimpulan bahwa ini bukan saja persoalan cara menulis, tetapi juga bekal dalam menjalani hidup.
from this: ransel kecil
Subscribe to:
Posts (Atom)