tak ada yang tahu apa yang akan terjadi setelah ini, sedetik kemudian, semenit kemudian, sejam kemudian, tak ada yang tahu.
pagi itu hujan mengguyur sebagian kota medan hingga membuatku menyisingkan lengan dan juga celana panjang keperku, lalu kami melaju. Aku setia dengan dudukku, dan temanku menuntun jalan menuju tujuan pertama mengunjungi pertemuan pagi ini.
belum seperempat perjalanan, perjalananku dihentikan oleh hentakkan yang begitu cepat, setelah tikungan kedua, temanku oleng membawa arah jalan lebih kekiri di tempat yang tak seharusnya dilalui, dan kami terjatuh. Aku terhempas entah kemana dan temanku terjungkil jauh kedepan menyisakan darah yang bertumpah dari kepalanya. Aku, Aku tak tahu dimana posisiku kala itu. Ketika tersadar Aku bersandar di tembok dan dikerumuni oleh orang orang yang tidak Aku kenal, hujan masih mengguyur deras, mantel hujan yang aku gunakan sudah tanggal entah kemana, hanya jaket hitam milikku yang masih menyelimuti.
Seorang menyapaku dan mengatakan untuk segera menghubungi orang terdekatku, sambil seseorang menyerahkan air putih hangat dan Aku menenggaknya tak tersisa. Mereka mungkin merogoh tasku dan mencari telepon genggam milikku, ada dua disitu, berwarna putih, tapi yang satunya tak terbaca karena layarnya rusak, tinggal si buluk putih yang ada dan mereka menyerahkannya kepadaku. Mereka bilang, "ayo telpon keluarganya", Aku masih linglung sambil memijit mijit tombol telepon genggamku, dimana nama mereka semua?, kenapa tidak ada?, lalu aku ingat riwayat panggilan terakhirku semalam, aku pijit lalu tersambung dengan orang yang disana,
"hallo",
"kak li kami kecelakaan",
"dimana?",
"gak tahu dila ini dimana kak, lalu aku menyerahkan telepon genggamku ke orang disebelahku, ini dimana bang?, lalu mereka bercakap entah apa, setelah itu dia menyerahkan telepon genggam kembali kepadaku,
"nanti kak bidah yang kesana yah dila, sabar yah", dan sambungan terputus.
Aku tanya mereka, temanku mana?, mereka jawab, dibawa ke klinik untuk diperiksa karena dia mengeluarkan darah, kamu gak papa kan?, Aku hanya mengatakan kepalaku berdenyut dan lenganku sakit. Seorang bapak mengatakan "kamu jatuh ke kiri makanya lengan kirimu sakit". Tidak berapa lama setelah itu seorang datang mengendarai motor dan membawaku ke klinik tempat temanku dirawat.
Aku dipapah ke atas motor dan dibawa menuju ke klinik tersebut, disana temanku sedang dirawat oleh mereka, Aku duduk di sofa panjang dan merebahkan kepalaku ke sandaran sambil memegang pundak kiriku sambil nangis segugukan, perawatnya bilang apanya yang sakit?, namun Aku hanya tersedu-sedu.
"nama kamu siapa?, tanyanya."
"Dila", jawabku.
"sudah sarapan tadi?", nanti disuntik yah klo gak nanti malam kamu demam, sambil menyerahkan air putih dia memberiku obat, dan membasuh pipiku yang lebam dengan alkohol, Aku meringis.
"suntik apa bu?", tanyaku masih tersedu
"antibiotik, biar kamu gak demam nanti malam, karena lengan kirimu sepertinya terkilir, panggil tukang kusuk nanti yah."
Aku hanya mengangguk, karena melihat kondisiku yang seperti itu ibu itu menyuruhku untuk rebahan didalam, lalu Aku dipapah masuk ke dalam rumahnya. Telepon genggamku berbunyi, dari temanku yang akan menyusul kami, lalu Aku menyerahkannya kepada sang punya rumah, Aku tahu ini dimana, memori memori itu mencelat kesana kemari, dejavu itu muncul lagi, tapi Aku sulit menjelaskannya.
Sambil Aku merebahkan tubuh, pikiranku meloncat dan meletup letup entah kemana, aku merasakan dejavu, dejavu entah dari mana aku tahu, tapi sepertinya Aku pernah mengalami ini sebelumnya dan tahu. Aku meringis kesakitan, pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya, pikiranku meloncat kesana kemari, perih menusuk hidung hingga pangkal hati, dan semua bayang banyak berterbangan dikepalaku.
Telepon masuk lagi, dan tak lama setelah itu temanku datang, Aku dengar mereka bilang,"kami anggota keluarganya bu", Indah datang menghampiriku, seraya bertanya, "kak Cilla, gak papa?", sambil mengesampingkan tutup mataku dengan jilbab untuk menghela cahaya lampu yang ku kenakan agar bisa melihat wajahku seluruhnya, Aku meringis karena dia menyentuh pipiku yang lebam.
Seorang bapak mengatakan, semua baik baik saja, tas, sepeda motor, dan barang-barang yang kami bawa sudah diamankan oleh mereka, kak Bidah mengucapkan terimakasih dan menyelesaikan perkara ini itu dengan perawat dan orang orang disitu, lalu minta tolong dipanggilkan becak agar bisa membawa kami pulang.
Di perjalanan pulang Aku masih memeluk lenganku yang sakit, tak terperhatikanku keadaan setelah itu karena dejavu itu masih mencumbuku. Dua hari disitu tak terkabarkan dengan orang terdekat kondisiku yang sebenarnya, dan selama masa itu aku masih merasakan dejavu, Aku membencinya, perih dan menusuk.
Masih sempat lagi aku habiskan akhir mingguku dengan mereka, tapi tetap saja rasanya masih sedikit sama, terimakasih telah menghiburku.
Lalu hari sabtu lalu aku dihantarkan oleh temanku, dan Ummi ku pasrah memperhatikan kondisiku, dan setelah Aku makan siang dan melahap obat lalu Aku dibawa untuk periksa lenganku yang sakit ini.
Segala kejadian itu semoga tak akan pernah terulang kembali, dan pernah terasakan lagi, biarkan semua rasa pergi, masih ada jalan dan tujuan yang harus tercapai dengan kondisi apapun itu. Semoga semuanya menjadi lebih baik selepas itu.